Ledakan Jenis Baru Terdeteksi di Permukaan Matahari
2 min read
Ledakan Jenis Baru Terdeteksi di Permukaan Matahari
Liputandetik.com, Jakarta – Ledakan Jenis Baru Terdeteksi di Permukaan Matahari. Para astronom memandang ledakan magnetik di permukaan sang surya. Melainkan ini belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Ledakan Jenis Baru Terdeteksi di Permukaan Matahari. Meski mulanya teori ini telah ada semenjak sekitar 15 tahun yang lalu, ini yaitu pengamatan segera pertama mereka berkat Solar Dynamics Observatory NASA.
Diberitakan dari CNN, Kamis (19/12/2019), penemuan kreatif seputar ledakan ini diterbitkan pada pekan ini di Astrophysical Journal.
Mereka menyaksikan hasil dari letusan di permukaan sang surya. Letusan hal yang demikian melemparkan sebuah lingkaran materi di korona sang surya, atau atmosfer atas. Bahan erupsi ini diketahui sebagai sesuatu yang nampak.
Keunggulannya kemudian jatuh kembali ke sang surya, tapi bertabrakan dengan garis-garis medan magnet. Melainkan ini kemudian mewujudkan ledakan magnet yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Garis-garis medan magnet patah dan kemudian meluruskan kembali secara eksplosif, menurut pengamatan sebelumnya kepada perilaku yang disebut penyambungan magnetik kembali.
Baca Juga : Xiaomi Siap Rilis Android 10 untuk Redmi Note 7 Segera
ini adalah kali pertama bagi para astronom untuk memandang relasi yang dipicu oleh letusan. Memahami fenomena ini, para ilmuwan bisa terbantu dalam memahami lebih dalam seputar atmosfer sang surya serta memprediksi cuaca luar angkasa.
Rekoneksi Spontan
Perilaku baru ini sudah dijuluki sebagai rekoneksi paksa. Melainkan ini dipicu oleh letusan yang menyebabkan plasma atau gas berenergi, didukung bersama dengan medan magnet dan memaksa mereka untuk terhubung kembali.
Sebelumnya, para ilmuwan sudah memandang rekoneksi spontan di sang surya dan Bumi.
Rekoneksi spontan cuma terjadi dalam keadaan di mana plasma lemah mengalirkan arus listrik.
Garis-garis medan magnet di sang surya tak nampak, tapi mereka juga diberi pengaruh oleh partikel-partikel plasma berbobot amat panas di dekatnya.
Untuk pengamatan ini, Solar Dynamics Observatory kapabel membidik plasma menempuh antara 1,8 dan 3,6 juta derajat Fahrenheit.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan sudah berupaya memahami kenapa korona sang surya mengalami jutaan derajat lebih panas ketimbang sang surya itu sendiri.
Parker Solar Probe milik NASA sedang menyelidiki hal itu ketika ini dengan seksama.