Melihat Gaya Kepemimpinan Anies dan Ahok
3 min read
Liputandetik, Indonesia – Melihat Gaya Kepemimpinan Anies dan Ahok. Penyusunan budget Pemprov DKI Jakarta tahun budget 2020 jadi perhatian publik belakangan ini. Masalahnya diketemukan banyak keganjilan.
Paling tidak timbulnya lima budget fenomenal, yaitu budget influencer Rp 5 miliar, pembangunan jalan sepeda Rp 73,3 miliar, pembelian lem Aibon Rp 82,8 miliar, pembelian bolpoin Rp 124 miliar, serta pembelian computer Rp 121 miliar. Detil elemen budget yang dimasukkan ke skema e-budgeting itu dipandang bukan budget yang sebetulnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan terdapatnya kekeliruan skema digital yang dipakai. Anies menjelaskan, walau sekarang Pemprov DKI memakai skema digital, pengecekannya masih manual. Mengakibatkan, tingkat lolosnya budget yang ganjil juga termasuk tinggi.
Baca juga :
Skema itu semestinya dapat dikerjakan dengan smart sistem. Berkaitan dengan skema e-budgeting itu, bekas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) juga mulai bicara. Dia malah menyebutkan Anies begitu pandai.
“Saya telah lupa pengertian smart seperti apa sebab Pak Anies begitu oversmart,” tutur Ahok waktu dihubungi Kompas.com, Kamis (31/10/2019). Ahok menerangkan, skema e-budgeting yang dipakai waktu ia memegang jadi gubernur dulu dapat tahu detil budget apapun, seperti lem Aibon serta pulpen.
Skema e-budgeting yang ia aplikasikan, lanjut Ahok, dapat juga tahu beberapa orang yang masukkan budget yang dinaikkan (mark up). Lihat bentrokan keduanya, pengamat politik dari Kampus Gadjah Mada (UGM) Kuskridho Ambardi menjelaskan, walau Ahok tidak memegang, jejaknya cukup pekat di Jakarta hingga publik seringkali memperbandingkan Anies serta Ahok dalam pimpin Jakarta.
“Rupanya itu juga yang nampaknya menggerakkan Anies untuk mempersalahkan Ahok. Sadar ataukah tidak, Anies tetap melihat ke Ahok untuk mengangkat persepsi publik pada kapasitasnya,” katanya waktu dihubungi Kompas.com, Jumat (1/11/2019). Memberikan tambahan hal tersebut, pengamat politik dari Kampus Diponegoro (Undip) Wijayanto menjelaskan, persaingan di antara Ahok serta Anies tidak bisa dipisah dari Pemilihan kepala daerah Jakarta 2017.
Tidak hanya dari bagian personal, sama-sama serang berlangsung antara simpatisan keduanya yang menyertakan netizen. Mode kepemimpinan Serta, satu analisa tunjukkan, ke-2 tim saling memakai buzzer untuk sama-sama serang keduanya. “Ditambah lagi untuk masalah Pemilihan kepala daerah Jakarta, Anies serta Ahok tidak kembali hangat seperti Jokowi serta Prabowo,” sebut Wijayanto saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/11/2019).
Dia mengutarakan, saat masih jadi gubernur, Ahok mempunyai style komunikasi politik yang condong lebih apa yang ada sebab Ahok tumbuh dari latar budaya yang semacam itu. “Tetapi, dalam sudut pandang komunikasi politik, menurut saya, style komunikasi Ahok itu kurang sensitif pada kerangka sosiokultural warga kita yang multietnis serta multikultur,” tutur ia.
Selain itu, pengamat politik dari Kampus Gadjah Mada, Mada Sukmajati, menjelaskan, beradu alasan di antara Ahok serta Anies bisa disaksikan semenjak Pemilihan kepala daerah 2017. Ia mengutarakan, pada umumnya, Anies serta Ahok mempunyai type yang berlainan. “Jika Ahok itu kan seperti pegiat, demikianlah, dia paham detil, ia pelaksana eksekusi.
Jika Anies kan ia lebih teoretis hingga memang harga yang perlu dibayar ya contohnya masalah detil itu tidak jadi sisi dari ketrampilan Anies,” kata Mada. “Jadi ini sekaligus juga tunjukkan mode kepemimpinan yang diperlukan DKI atau pada umumnya oleh Indonesia,” tutur ia. Menurut Mada, dulu ada arti mode kepemimpinan administrator serta solidarity maker.
Mada mengatakan jika mode administrator seperti dipunyai oleh Bung Hatta, sedang solidarity maker dipunyai oleh Soekarno. “Nah, ini kurang lebih arahnya hampir samalah ya, si Ahok ini dapat kita masukan kelompok administrator, sedang Anies solidarity maker,” tutur ia.