Menguak Kehidupan Pulau Saba, Surga Wisata di Karibia
4 min read
Liputandetik.com, Indonesia – Menguak Kehidupan Pulau Saba, Surga Wisata di Karibia yang Masih Perawan. Di perairan selatan Karibia, kurang lebih 28 mil dari St. Maarten (kepulauan negara yang merupakan bagian dari Belanda), ada pulau Saba (diucapkan “Say-ba”) yang dianggap sebagai “surga” tropis kecil Karibia.
Menguak Kehidupan Pulau Saba, Surga Wisata di Karibia yang Masih Perawan. Di antara penyelam scuba, tempat ini terkenal dengan biota lautnya yang kaya, tapi selain itu, cuma sedikit orang yang mengetahui kehadiran nusa itu. Serta, tidak ada gerombolan wisatawan disana, walau Karibia banyak disinggahi wisatawan.
Menguak Kehidupan Pulau Saba, Masyarakat asli, Taino, serta menyebutkan Saba jadi “Sang Ratu Karibia yang masih perawan”, sebab bentang alamnya yang murni serta keanekaragaman resapi yang menonjol, dan tidak ada kerumunan manusia, toko waralaba, serta kapal pesiar.
Belum juga, masyarakat setempat diklaim sebagai orang paling ramah yang mungkin pernah ditemui penyelam.
Baca Juga : 3 Fitur Terbaru WhatsApp, Apa Saja?
“Jarang-jarang saya merasakan benar-benar diterima saat mendatangi satu tempat, saya merasakan jadi sisi dari komune ini. Saat saya menegur simpel, cuma dalam kata ‘halo’, itu dapat menjadi pembicaraan sepanjang 30 menit,” kata Sherry Ott, satu orang penulis yang menceritakan 70 negara serta tujuh benua, diambil dari Newsweek, Kamis (7/11/2019).
Saba sendiri adalah sisi dari Kerajaan Belanda, dengan keseluruhan populasi masyarakat sekitar 2.000-an.
Nenek moyang residen lokal banyak yang datang dari pertengahan 1600-an, saat Belanda pertama-tama datang di pulau itu. Sepanjang dua ratus tahun ke depan, mereka berkompetisi untuk mengatur Saba bersama dengan Spanyol, Prancis, serta Inggris.
Karena hubungan komune di Saba yang demikian dekat (dengan harfiah serta majas), kejahatan diadukan hampir tidak berada di sana.
Langkah Pergi ke Sana
Untuk sampai Saba, kata Ott, dia harus melintas dari St. Maarten memakai feri. Lama perjalanan yang ditempuh ialah 90 menit. Juga bisa tempuh jalan penerbangan sepanjang 12 menit.
Pendaratan pesawat dikerjakan di Lapangan terbang Juancho E. Yrausquin yang punyai landasan picu komersial terpendek di dunia, dengan ketinggian 396 mtr. di atas permukaan laut serta dibuat di semenanjung kecil.
“Keluar dari lapangan terbang, Anda harus naik taksi. Lima belas pengemudi yang berada di Saba sediakan lebih dari transportasi. Mereka dapat juga jadi pemandu wisata, sejarawan, serta concierge (pegawai hotel yang pekerjaannya temani tamu dengan mengendalikan agenda tour, reservasi restoran, dan lain-lain),” papar Ott.
“Bila Anda mempunyai pertanyaan mengenai penjual baju atau tempat wisata, mereka akan langsung menunjukkan pada Anda. Diluar itu, mereka mengetahui langkah menavigasi pulau itu dengan unik,” paparnya .
Contoh masalah yang biasanya diketemukan Ott serta beberapa penyelam atau ilmuwan ialah cuma ada hanya satu jalan penting di Saba, yakni “The Road.”
Jalan itu menyambungkan lapangan terbang di Hell’s Gate dengan tiga desa bergaya kolonial Belanda –Windwardside, St. John, serta The Bottom, ibu kota Saba– yang selanjutnya selesai di Pelabuhan Fort Bay (bagian jauh pulau).
Perjalanan yang ditempuh lewat The Road bak rollercoaster, ada tanjakan dengan kemiringan 45 derajat, turunan, serta kelokan tajam.
Pendakian pertama ke arah Bukit Zion, jalannya terbagi dalam 23 kurva seperti ular yang melingkar. Diluar itu, bagian menarik yang lain di pulau Suba yaitu tidak ada lampu jalan raya atau sinyal berhenti benar-benar, sebab kendaraan bermotor disana “dapat dihitung jari.”
Windwardside
Tidak jauh dari lapangan terbang, ada desa bernama Windwardside –pangkalan penting buat sejumlah besar pelancong. Sejumlah besar bangunan di dusun ini bergaya gingerbread (style arsitektur yang berakar dari Haiti di akhir Era ke-19), dengan atap berwarna merah serta exterior dicat putih.
Jalanan sempit serta terjal menyambungkan rumah-rumah di pucuk bukit serta menempati di pinggir tebing dengan beberapa nama aneh, seperti “Booby Hill” serta “The Level”.
“Di sini, Anda akan temukan hotel-hotel berdiri sendiri, toko cenderamata, toko scuba, toko trail, serta restoran yang bersisihan keduanya. Diluar itu, di ketinggian 1.312 kaki di atas permukaan laut, tempat ini benar-benar sejuk pada hari yang cerah,” kenang Ott.
Temukan Flora serta Fauna
Ada tiga ekosistem yang tercipta di Saba, yakni rimba hujan tropis, rimba pegunungan, serta terumbu karang. Ditambah lagi tujuh zone vegetasi.
Pejalan kaki mempunyai 24 jalan yang dapat diambil sendiri, dengan topografi serta tingkat ketrampilan yang berlainan. Semua rute dibantu sendiri, terkecuali satu: jalan Pantai Utara. Rupanya, kata Direktur Taman Kai Wulf di Saba Conservation Federation (CSF), rute ini sering memusingkan pelancong serta membuat mereka kesasar.
Sandy Cruz, jalan bersejarah yang dipakai oleh penjajah sebelum The Road usai pada 1950-an, ditempuh sepanjang 2,5 jam dari rimba hujan tropis (yang seperti berada di film Jurassic Park) ke pemukiman masyarakat.
Rute paling terkenal ialah Mount Scenery Trail yang ke arah dari Windwardside ke rimba pegunungan (atau Elfin).
“Satu orang pemandu lokal, James “Crocodile” Johnson (69), bisa memberitahu Anda semua yang ingin Anda tahu mengenai flora serta fauna. Ia suka mendongeng,” kata Ott.
Pengunjung akan mudah menjumpai iguana hijau Saban yang langka, spesies endemik yang suka berjemur di pagar beton dekat Bukit Zion. Ada juga burung merah yang bersarang di tebing pinggir laut. Sepanjang musim kawin, beberapa periset memprediksi hampir 10 % dari populasi dunia diketemukan di sini.
Diluar itu, di Saba ada juga kambing. Dengan historis, kambing adalah hewan ternak yang jadikan usaha besar di pulau ini, tapi kadang kalah oleh bidang maritim, seperti ikan, udang, kepiting dan sebagainya.
Menyelam
Perairan di pulau Saba ‘diberkati’ dengan visibilitas tinggi serta jadi salah satunya populasi laut tersehat di Bumi, menurut World Ocean Index yang memberikan nilai 97 dari 100.
Pada 1987, Saba Conservation Federation (CSF) pertama kali membangun Taman Laut Nasional Saba yang melingkari pulau sampai kedalaman 200 kaki, mencakup 26 titik penyelaman.
Seratus lima puluh spesies ikan hidup disana, terhitung barakuda, tarpon, parrotfish, serta lima spesies hiu. Penyu hijau serta penyu sisik juga ada serta benar-benar dilindungi, begitupun Nassau Grouper yang telah punah di lain tempat di Karibia.
Sumber Berita : Liputan6
2 thoughts on “Menguak Kehidupan Pulau Saba, Surga Wisata di Karibia”