Robot NASA Dekati Matahari, Misteri Lama Terkuak
3 min read
Robot NASA Dekati Matahari, Misteri Lama Terkuak
Liputandetik.com, Jakarta – Robot NASA Dekati Matahari, Misteri Lama Terkuak. Robot ruang angkasa NASA, Parker Solar Probe sudah terbang lebih dekat ke Surya ketimbang pesawat ruang angkasa mana malah. Dia malah sudah memancarkan kembali pengamatan pertamanya dari tepi atmosfer panas Surya.
Robot NASA Dekati Matahari, Misteri Lama Terkuak. Komponen pertama dari data yang didapatkan robot itu menawarkan pedoman untuk menguak misteri lama, termasuk kenapa atmosfer sang surya –yang diketahui sebagai korona– ratusan kali lebih panas dari permukaannya, serta asal-masukan yang ideal dari badai sang surya.
“Tiga pertemuan pertama dari penelusuran sang surya yang kita miliki sejauh ini amat spektakuler,” kata Prof Stuart Bale, seorang spesialis fisika di University of California, di Berkeley, yang memimpin analitik dari salah satu instrumen kerajinan.
“Kita bisa memandang struktur magnetik korona, yang memberi tahu kita bahwa angin sang surya timbul dari lubang-lubang kecil koronal; kita memandang kesibukan impulsif, jet besar atau switchback, yang kami pikir berhubungan dengan asal masukan angin Surya. Dan kami juga kaget dengan keganasan lingkungan debu,” imbuhnya, seperti dikutip dari The Guardian, Pekan (8/12/2019).
Selama enam tahun ke depan, pesawat ruang angkasa berukuran kendaraan beroda empat akan mencontoh orbit elips yang kian dekat, hasilnya menukik seperti itu dekat sehingga secara teknis akan “meraba” ​​sang surya. Kelemahan berada di dekat Surya ialah robot itu tak dapat mengirim foto.
Sebab apabila berputar ke arah Surya, kameranya akan meleleh, sehingga instrumen pesawat ruang angkasa itu menatap ke samping, menilai aliran partikel berbeban supersonik yang menyusun badai Surya.
Bang, Bang, Bang
Sebelumnya, para ilmuwan melihat bahwa badai Surya tampaknya mempunyai dua bagian utama: yang “kencang” yang bergerak sekitar 700 km per detik (dan berasal dari lubang koronal raksasa di kawasan kutub sang surya; dan angin “lambat”, bergerak di bawah 500 km per kedua, yang asalnya tak dikenal.
Parker Solar Probe melacak angin lambat kembali ke lubang-lubang koronal kecil berkerut di sekitar khatulistiwa sang surya – struktur surya yang sebelumnya tak pernah dilihat. Lubang koral ialah tempat yang lebih dingin dan kurang padat, daerah medan magnet mengalir ke luar angkasa, berbuat sebagai saluran bagi partikel berbeban untuk mengalir bersama.
Pengamatan juga memperlihatkan penjelasan kenapa korona seperti itu panas.
Baca Juga : Ledakan Jenis Baru Terdeteksi di Permukaan Matahari
“Korona itu sejuta derajat, melainkan permukaan sang surya cuma ribuan,” kata Prof Regu Horbury, peneliti di instrumen Parker Solar Probe Fields di Imperial College London.
“Seolah-olah temperatur permukaan bumi sama, melainkan atmosfernya ribuan derajat. Bagaimana itu dapat sukses? Anda akan menjadi kian dingin ketika Anda pindah.”
Pengamatan samping Parker Solar Probe menyuarakan bahwa partikel-partikel dalam angin Surya tampaknya dilepaskan dalam jet peledak, bukannya dipancarkan keluar dalam aliran yang stabil. “Ini bang, bang, bang,” kata Horbury.
Pelepasan kekuatan yang kencang dari interior sang surya ke atmosfernya bisa menolong membeberkan kenapa atmosfer seperti itu panas diperbandingkan dengan permukaan sang surya, katanya.
Kejutan Lainnya
Kejutan lainnya ialah debu di tempat yang dekat dengan sang surya. Selama pendekatan terdekat dari orbitnya, Parker Solar Probe dibumbui dengan debu halus, memotong potongan-potongan kecil dari tameng panasnya yang timbul sebagai goresan putih dalam gambar yang dicokok oleh kamera resolusi tinggi. Diperkirakan sisa-sisa asteroid dan komet yang mendekati sang surya, menyebabkan mereka menguap, meninggalkan cuma kabut yang berdebu.
Pengamatan baru dijalankan dikala Parker Solar Probe berada sekitar 15m mil (24m km) dari sang surya, melainkan hasilnya akan terbang ke sekitar 6m km dari permukaannya – lebih dari tujuh kali lebih dekat dari misi terdekat sebelumnya, pesawat ruang angkasa Helios 2 pada tahun 1976.
Keadaan ekstrem yang dihadapi Parker Solar Probe mewajibkan pemakaian bahan dan desain pesawat ruang angkasa yang tak konvensional. Penangkis panas keramik putih pesawat akan menempuh temperatur hampir 1.400C (2.552F) selama pendekatan terdekat misi.
Dikala via dekat dengan sang surya, panel surya ditarik ke dalam bayang-bayang tameng panas, dengan cuma zona kecil yang tersisa yang terpapar untuk menciptakan tenaga. Pesawat itu juga sudah menuntaskan rekor pesawat ruang angkasa bergerak tercepat, relatif kepada sang surya. Ini akan menempuh kecepatan hampir 435.000 mph (700.000 km/jam) pada 2024.
“Ini ialah misi yang amat berani, ini amat ekstrem dan ini yakni upaya rekayasa yang amat mengesankan,” kata Horbury.